Agar kita tidak mabuk khamr hakikat, tinggalkan semua kegiatan, duduk bersimpuh dan memohon ridhonya. Telah dijelaskan adab etika dalam memandang perbuatan Allah. Kendati kita paham bahwa perbuatan apapun kita pandang kembali pada Allah. Itu adalah sikap hati kita, tauhid kita, untuk dirasa bukan diproklamirkan. Syuhud musyahadah tidak harus dikatakan, bila dikata maka menjadi syari'at, maka perkataan itu menjadi mabuk hakikat yang tak pantas dikata kata.Hakikat bukan kata kata tapi rasa. Kalo di kata maka menjadi batal. Tidak harus kita katakan babi itu ciptaan Allah, Maling itu gerakan Allah. Karena manusia itu sebagai alat tempat dosa dan pahala. Kalo semua Allah dalam rasa maka benar. Kalo Allah semua dalam kata kata maka salah. Al hukmu dhohiruha, kalo sudah di kata maka menjadi hukum syari'at dan halal jadi darahnya, karena memngungkap rahasia ketuhanan itu dihukum kufur. Boleh mengungkapnya hanya dalam ta'lim (pemahaman) dan muhasabah.
Apapun yang berupa kebaikan itu datangnya dari Alloh dan apapun yang berupa keburukan itu datangnya darimu, begitulah sikap adab kita pada Allah.Sesuatu yang baik pandanglah bahwa itu terbitnya dari Allah. Ada kalimat tasbih, hamdalah, takbir untuk mengiringi kebaikan yang datang dari Allah. Katakan dengan tasbih bahwa itu adalah milik Allah.Sesuatu apapun yang datang berupa keburukan maka katakan itu karena nafsu kita. Ma asobaka min hasanatin faminalloh wama asobala min sayyiatin faminnafsik itulah etika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar