Jumat, 23 April 2010

Waktu dan Ibadah

Terkadang Allah mengabulkan doa tidak dengan waktu yang singkat melainkan diulur waktu yang tepat. Setiap doa tentu dikabulkan sesuai dengan kehendakNya, sesuai dengan skedulNya dalam menata ekosistem yang berupa takdir ula, wustho, dan taqdir ukhro. Kalau dalam sebuah perusahaan tentu sudah ada planning dan skedul dalam masa yang ditentukan. Bagi karyawan tidak berwenang menentukan waktu THR misalnya. Allah itu dzat wajibul wujud, yang qohar, yang absolut, yang mempunyai ketetapan yang tak dapat ditolak.Kalau Allah menentukan sesuai kehendak kita berarti Allah mengikuti hamba, sedangkan setiap orang akan meminta yang terbaik baginya, tapi tentu tidak semuanya mendapatkan. Semua orang ingin sehat dan bermanfaat sehatnya (afiah), semua orang minta kaya, semua orang ingin cerdas, kenyataannya banyak orang yang tidak sehat wal afiah, tidak kaya, dan tidak cerdas. Kalau Tuhan itu semacam kacung yang mengikuti diri kita, maka sebetulnya itu bukan Tuhan semesta alam. Allah tidak bisa dianalisa menurut kehendak kita. Allah tidak bisa dirayu dengan ibadah kita.

Al islam ya'luu wa laa yu'la alaih tidak berarti ketika kita sudah beribadah maka akan datang fasiitas dunia justru kadang tidak mendapatkan itu. Tidak perlu menjadi Islam kalau hanya untuk kaya. Apa iya mereka yang pinter, yang kaya, itu mendapat kebahagiaan hakiki?

Allah mempunyai sifat Rohman Rohim. Pemurah itu untuk semua mahluk Allah. RohmanNya luar biasa sehingga orang yang melewan Dia pun diberikan fasiilitas dunia. Pengasih (rohiim) kepada khusus kekasihNya, hamba hambanya.

huququn fil auwqooti yumkinu qodho'uha wa huququl awqoti la yumkinu qodzo'uha

Ketetapan atau kewajiban yang berlaku pada waktu tertentu mungkin bisa diganti diwaktu yang lain, tetapi hak hak yang telah disediakan oleh Allah pada waktu itu tentu tidak dapat diulang.

Dalam waktu itu ada pelaksanaan yang sifatnya ritual, ada waktu yang pelaksanaanya berbentuk sikap. Contoh pada saat makan kemudian kenyang sekali nikmat sekali, pada saat merasakan nikmat tersebut adalah kesempatan yang nggak bisa diulang.Baik ujian maupun cobaan pada saat itu nggak bisa diulang hak haknya ke aktu lain, yang bisa diulang itu hanya hukum hukum kewajiban seprti sholat. Maka rugi pada saat menerima nikmat kemudian kita tidak bersyukur, rugi apabila saat kita diuji kemuadian kita tidak bersabar karena waktu yang seperti ini tidak akan kembali jika sudah lewat.

Hal waktu ada empat: to'at, maksiyat, nikmat, dan bala'

Lebih utama maksiyat yang mewariskan tawadzu' daripada ketaatan yang mewariskan kesombongan. Maksiyat yang menuju pertobatan itu lebih baik.

Tidak ada komentar: