Selasa, 04 Mei 2010

baqo bi sifatillah

Setiap pemimpin pasti diberi bekal oleh Allah, yaitu ilmu. Barang siapa ingin kesuksesan di dunia maka dengan ilmu, ingin sukses akherat juga dengan ilmu. Maka ilmu ini didapat dengan cara kita belajar. Ilmu yang langsung dari Allah bagi nabi disebut wahyu, bagi wali ilham, bagi orang biasa berupa ghorizah.Penemuam penemuan ilmiah itu sebenarnya termasuk ilmu laduni.
Ulama dhohir mengambil ilmu dari yang mati kata yazid al busthomi, akhodztum ilmakum mayyitan an mayyitin. Hamba hamba yang sampai pada maqom baqo bisifatillah mendapat anugerah ilmu langsung dari Allah. Anugerah itu adalah minnah. Apabila ia mendengar ia mendengar lintasan hati. Pada syekh junaid, beliau sat ta'ziyah di masjid azzuyuniyah di daerah baghdad, dia sementara duduk diserambi masjid, ada seorang pemuda meminta minta, syekh junaidi memikirkan andai saja dia mau bekerja, malamnya dia zikir nggak biasanya beliau ngantuk sekali sehingga tertidur. Pada saat tidur beliau mimpi didatangi seorang dengan hidangan. Dilihatnya hidangan itu di tengah tengahnya ada kepala peminta minta tadi, dia sadar bahwa hatinya telah terlintas sesuatu yang ghibah. Ada teguran suara hai abi qosim tidak pantas kamu memikirkan sesuatu yang yang ghibah (walau dalam hati). Setelah itu dicari cari pemuda itu, dan ketika ketemu pemuda itu mengatakan wahai abi qosim semoga Allah mengampuni kita semua. Bahkan bukan sebatas pendengarannya, ucapannyapun istimewa yang bisa dijadkan hukum. Penglihatannya bisa menembus jarak jauh bahkan wilayah lain seperti alam mitsal dan alam akherat. Rosululloh pernah berkata: wahai bilal saya bisa mendengar suara terompahmu , tentunya ini contoh pendengaran ruhaniyah. Ia melihat denganNya ia melihat, cita cintaNya juga deganNya, yang dicintai kekasih Allah hakkatnya dicintai Allah, itulah estafet cinta. Juga disebutkan maksud dari pada hadis bahwasanya alam ini pada auliya Allah seperti qodamnya jua. Itu semata mata karena rahmatNya. Kaitannya ialah dengan sifat maani, itu sifat Allah. Semua itu ada pada kita. Mengapa pendengaran kita terbatas, ilmu kita terbatas, karena kita msih terpenjara oleh nafsu nafsu kita. Cahaya yang sampai kita sudah memakai proses nafsu bagaimana munkin bisa tembus dan tak terhalang ruang waktu. Semua atas dasar nafsu.

Tidak ada komentar: