Sabtu, 01 Mei 2010

=!##!@$#^Z%$$

Orang orang semacam itu tidak pernah berpaling dari ibarat. Ia tidak memandang perbuatan mahluk, selalu memandang perbuatan Allah. Barang siapa sampai pada maqom ini niscaya lepas lah ia dari bahaya syirik. Karena ia telah tidak berpaling dari suatu maqom. Baik maqom ruhaniyah maupun jasmaniah. Dia tidak cenderung dengan ikhtiar dirinya melainkan dengan ikhtiar tuhan. Ia tidak merasakan akan sesuatu karena tajali zat telah menghabisi dia. Dia telah memandang yang satu sehingga hilangb akal pada yang lain. Dan terbanglah ia karena tajalli yang dipandang. Barang siapa pada maqom ini maka hampir dia mengeluarkan perkataan yang tidak bias diterima oleh ulama syari’at. Sehingga mereka mengecap zindiq. Karena orang yang singgah di maqom ini adalah orang yang telah meraih hakikat yang sesungguhnya. Orang yang nyaris terlepas dari hokum syariat. Syaikna akbar imam junaidi al Baghdadi sempat mengatakan tidak lah sampai kepada derajat hakikat yang sesungguhnya sebelum ia menerima cacian seribu ulama sidiq yang mengatakan bahwa ia adalah zindiq. Kita masih tersndir dari hardikan dari orang yang tidak mengenal hakikat. Sudah menjadi kebiasaan bahwa orang yang berjalan di jalan haq akan mendapat ujian. Akan dirobek robek jubah kehormatan kita. Tidak perlu mengadakan dengan frontal serahkan lah pada Allah. Perjalanan menuju Allah adalah perjalanan yang langka. Nabi besar Muhammad memberi gambaran bahwasanya datangnya agama itu asing.
Syariat adalah tatanan hidup dunia dan tidak berlaku di akherat. Hakikat adalah tatanan ruhaniah. Allah tidak menerapkan hokum syariat kecuali pada yang hidup di dunia agar tidak sama dengan binatang, akan menjadi kosong apabila hamba hamba itu tidak menata ruhaniah di wilayah hati. Jasmaniah aka kembali pada asalnya, hanya berlaku cuma di bumi, min tsulalatin min tiin. Tanah akan kembali ke tanah, air kembali ke air, angin kembali ke angina, api ya ke api. Utamakanlah dunia khulud dari dari yang ghurur. Perbaikilah jasad barzakhi. Jasad barzakhi menjadi lusuh kalau mendapat murka Allah. Kenapa harus bergumul dengan jasad jasmani. Kita mesih terpesona dengan wilayah lahiriyah, dengan fatamorgana. Padahal sadar atau tidak semua yang kita agungkan dalam ha lahiriyah itu semua akan membusuk.
Perjalanan nabi ibrohim mencari tuhan. Menganggap bintang sebagai tuhan, bulan, matahari, kemudian kecewa karena mereka tenggelam. Telah sampai pada Allah pun masih berlanjut ujiannya. Setelah menikah dengan hajar hijrah ke makkah dan mendapat wahyu untuk meninggalkan keluarganya di tengah padang pasir entah untuk waktu yang tidak diketahui. Setelah 25 tahun datang lagi, seneng seminggu disuruh nyambelih anak bujangnya. Itu symbol symbol ujian. Meninggalkan keluarga itu sama saja dengan meninggalkan untuk kholwat, berjuang dakwah. Tentu masyarakat akan menganggap gila.

Hakikat itu rasa bukan diucapkan, kurangilah kata kata yang memancing turunnya ujian. Karena ujian itu bisa jadi adalah perintah dari Allah kepada malaikat untuk menguji kita atas kata kata kita seberapa benar hati kita terhadap kata kata itu.
Demi kebaikan maka adabus syariah adabul hikmah adabul haq harus dijaga

Tidak ada komentar: