Rabu, 01 April 2009

Ketika Cinta Bertasbih (Sedikit apresiaisi saya tentang novelnya kang abik)

Sedikit apresiaisi saya tentang novelnya kang abik yang sangat terkenal itu. Alhamdulillah ada bacaan yang bermutu dan berkwalitas dunia akherat. Buku yang saya baca adalah ketika cinta bertasbih jilid 2 tanpa saya tahu yang pertama.
Pertama saya mengucapkan penghargaan yang setinggi tinggi untuk sebuah karya yang detil mengungkap isi hati orang orang yang lari menuju Allah lengkap dengan permasalahannya sesuai duniannya dan meskipun belum bisa mewakili dunia itu sepenuhnya.
Namun..... saya suka mengkritik jadi lebih baik saya gunakan kebisaan saya untuk mengkritik saja tanpa saya bisa menghadirkan karya yang sebanding dengan itu.
1. Kairo Sentris
Saya tahu penulis punya rasa cinta yang berlebihan sehingga bertebaran nuansa kairo dalam buku yang semestinya bercerita tentang Indonesia. Dan agak menghegemoni pembaca untuk menghargai al azhar sebagai tolok ukur kualitas seseorang.
2. Akademik sentris
Selalu mengukur kualitas seseorang, pantas tidak pantas mengukur seseorang dengan gelar, S1, S2, S3
3. Nalar cerita
ada bebarapa alur yang mustahil dan tidak bisa diterima begitu saja contoh:

a. Anna si tokoh perempuan anak pak kyai mengaku tidak kenal dan tidak tahu keberadaan lelaki yang dicintainya pada kesan pertama yaitu Abdullah, tetapi ketika bertemu di indonesia dengan orang yang sama si anna ini kenal dengan irrul, dan bahkan langsung mengenali irul sebagai abdulloh. kenapa tidak mengenali si penjual tempe itu sebagai abdullah di kairo padahal intens ketemu tidak hanya sekali.
b. Si furqon bukan dari pesantren kalo disuruh ngajar di kampus mungkin bisa, tapi kalo diserahi ngajar jalalain di pesantren bagaimana caranya? ini pesantren salaf kan? ada utawi iku ala pesantren. ada yang tidak jelas di sini profil pesantren pak kyai lutfi, salaf atau modern?
c. perjuangan bakso cinta kok kurang mengena di realita, adakah sepesat itu dengan model marketing yang tidak terlalu difahami oleh penulis.
d. keluarga Azam atau Irul itu sebetulnya sudah di atas menengah sehingga gambaran tentang rumah papan itu kok ngada ngada, dua anak sudah ngajar, Azam di kairo juga mbantu kerja, masak bu Nafis repot repot njahit, batuk batuk lagi kok payah temen, dan ketika Azam kecelakaan masak hanya segitu (400 ribu) keuangan si dosen di tambah adhiknya Lia yang seorang guru, sehingga haeus ngutang ke Anna. satu cerita di depan rapuh akan logika akan meruntuhkan nalar cerita di depannya.
e. Azam kok tega sekali tidak ingin ketemu si bungsu Sarah padahal sudah berbulan bulan pulang ke tanah air, menjenguk Sarah pertama kali justru pas sekeluarga mau meminang Vivi gadis di kudus karena berada di kota yang sama tenpat Sarah ngaji. Kalau peran sarah memang tidak menarik maka hilangkan saja tokoh ini, karena bagaimanapun tokoh ini adalah adhik dari pemeran utama, kalau mau di sebut ya harus punya cerita jangan wujuduhu ka adamihi.
f. meskipun novel ini Islami, novel ini tidak dianjurkan untuk dibaca anak anak karena ada cerita di balik kamar pengantin yang harus dijauhkan dari jangkauan anak

meskipun demikian saya menikmati membacanya, buktinya habis saya baca.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Mengkritik memang mudah, menerima kritik kadang susah. Kamu khan suka nulis, katanya mau buat novel ? Coba deh ide-ide ceritamu kamu tuangkan dalam tulisan cerita. Oia...coba mampir ke blogku, jangan lupa kritik juga tu blogku yaa...

muhamad khamim mengatakan...

kritik itu juga karya dan sekaligus profesi