Selasa, 16 Maret 2010

Tauhidul Asma' 3

Penggambaran sebuah kaca yang beraneka warna dan dihadapkan ke matahari, maka terciptalah berbagai macam warna di atas bumi. Maka warna itulah gambaran berbagai macam karakter manusia. Kita meyakini bahwa sumber semua adalah Allah. Kita melihat macam tingkah polah manusia, diam berjalan bekerja, itu adalah ekspresi berbagai macam jiwa. Jangan melihat warna warna itu, tapi lihatlah sumbernya. Kalau sudah kita melihat sumbernya maka yang ada hanya ahad. Kemauan kemauan itu adalah wilayah jiwa atau alam misal. Setiap nama akan berdiri pada yang dinamakan. Hati hatilah pada tamsil tamsil.Apabila Tajali Allah dengan asmaNya, apabila Allah itu nyata pada hamba, niscaya melihat segala akwan itu bagi hamba hakikatnya ialah perwujudan haq ta'ala. dhohirnya akwan itu tidak bisa berdiri dengan dirinya. Mustahil akan ada bias cahaya warna merah atau yang lain kalau di atas kaca itu tidak ada cahaya matahari. Semua warna itu adalah perwujudan sumber cahaya yang murni. Jangan terperdaya dengan berbagai macam warna. Hakikat semua itu harus dilihat bahwa berdirinya itu adalah haq Taala. Tidak akan kuasa.Biasanya salikin akan kesusahan membedakan antara akwan (hamba) dan haq ta'ala (kholiq). Maka ini menjadi kemelut yang apabila tidak ada mursyidnya salikin akan tersesat. Siapapun yang melihat nama perbuatan berbentuk sifat berdiri pada zat, kita harus meyakini bahwa itu adalah hakikat wujud dirinya. Hamba itu pada saat didhohirkan menjadi hukum sunatulloh, soial, syari'at, yamg telah ditetapkan rosulnya. Sebutan hamba, mahluk, itu sebagai ucapan, label, kata kata, apapun yang terungkap oleh kata kata wajib disyari'atkan,dan dipahami dengan bahasa setempat. Sikap hati aqidah wajib memandang bahwa itu wujud Allah. Kiri kanan depan belakang adalah wujud Allah, yang tidak harus diproklamirkan. Melainkan dirasakan dalam hati.Pada saat taroqi dan tanazul. Cukup menempatkan posisi apapun yang diungkapkan apapun yang dikatakan dengan bahasa syari'at. Jangan meneyebut sesuatu itu dengan hakikat kecuali dalam ta'lim.Haram mengucapkan dan mengatakan tentang hakikat, harus disesuaikan dengan bahasa yang difahami. Meneybut kata kucing hakikatnya adalah namaNya, nama itu nggak harus dirubah tetapi yang dirubah adalah sikap hati kita, nama kucing tetap menjadi kucing. Ditakutkan pada saat mabuk didengar oleh orang orang yang bukan ahlinya, akan menjadi fitnah. Sebagai mana pada Muhammad mansur al Halaj, terlepas itu intrik politik, beliau dengan lantang mengatakan Ana Al Haqq. Orang yang mabuk tidak boleh diikuti, tidak boleh dijadikan guru. Tidak berlaku hukum pada tiga orang : orang tidur sampai bangun, orang gila sampai waras, anak anak hingga baligh.

Tidak ada komentar: